Oleh : M. Saleh Mude
Hari ini, Minggu pagi, 18 September 2022 waktu Hartford, Connecticut, Amerika Serikat, seperti biasa setelah shalat subuh, saya sambar HP untuk mengecek beberapa informasi di tanah air.
Saya kaget ketika membaca berita duka yang viral atas wafatnya Prof. Dr. Azyumardi Azra di Kuala Lumpur, Malaysia. Almarhum ke Kuala Lumpur untuk membawakan makalah di salah satu universitas di sana.
Beliau merasa sesak nafas di pesawat dan ketika pesawat landing, Prof. AA, sapaan saya, langsung dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan, tapi takdir Tuhan berkehendak lain, kemarin sore, beliau dinyatakan wafat dengan tenang. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Tepat pukul 08.00 a.m waktu East Coast, bagian timur Amerika, saya berkesempatan mengikuti Takziyah melalui Zoom yang diadakan oleh Keluarga Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyimak beberapa tokoh dan akademisi – umumnya adalah kolega dan murid Almarhum Prof. AA – yang mendapat kesempatan istimewa untuk menyampaikan testimoninya.
Mereka mewakili berbagai komunitas, terutama insan kampus dan aktivis organisasi kemahasiswaan.
Kenang Para Tokoh Bangsa
Misalnya: Pertama, Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Rektor UIN Jakarta yang merasa kehilangan besar.
“Saya ini adalah salah satu murid yang merasa dekat dengan Almarhum Prof. Azra. Beliau banyak memberi saya ilmu, nasihat, dan bimbingan. Kami masih butuh nasihat beliau… tapi beliau sudah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.” Kata Rektor UIN Amany Lubis.
Kedua, Prof. Dr. Din Syamsuddin mengaku memiliki perjanjian tidak tertulis dengan Prof. Azra.
“Kami memiliki perjanjian, Almarhum berkarier di dalam kampus dan saya di luar kampus. Kami sama-sama waktu sekolah di Amerika walau berbeda kampus. Kami kembali bertemu di Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selama di MUI, Almarhum banyak memberikan saran-saran yang mencerahkan.
Beliau memiliki berbagai ragam prestasi dan legasi, terutama pada transformasi IAIN menjadi UIN, pelanjut tradisi keilmuan Harun Nasution, dan berhasil menjadikan UIN Ciputat menjadi kiblat pemikiran Islam Indonesia…” Kata Din Syamsuddin.
Ketiga, Lukmanul Hakim, mantan Menteri Agama menilai Almarhum Azra sebagai salah satu tokoh pengawal program moderasi beragama di Indonesia.
“Beliau adalah akademisi tulen, fokus di bidangnya untuk membangun karir. Ketika kami bertemu, beliau selalu menanyakan program moderasi beragama dan beliau adalah promotor saya ketika saya mendapatkan gelar honoris causa dari UIN syarif Hidayatullah Jakarta.” Kata Lukman Hakim.
Keempat, Prof. Dr.Komaruddin Hidayat sebagai pengganti dan pelanjut fondasi UIN setelah Prof. AA, merasa kehilangan sekaligus bangga pada momen kepergian koleganya, Prof. Azyumardi Azra.
“Saya merasa berduka tapi sekaligus juga merasa bangga karena Almarhum sakitnya sebentar dan wafat di perjalanan untuk menyampaikan dakwah ilmunya. Beliau adalah syahid atau martir. Almarhum adalah kawan saya di UIN.
Kami pernah bersama di Majalah Panji Masyarakat dan HMI. Almarhum adalah scholar yang serius, produktif menulis, pejuang hidup sebagai perantau asal Minangkabau, dan amanah.
Tugas apa pun yang diberikan akan dijalankan secara penuh tanggung jawab. Beliau adalah seorang scholar ilmu sejarah dan keislaman yang sangat sadar akan politik tapi sangat konsen pada pendidikan; memiliki banyak karya tulis, pengalaman, dan dikenal oleh banyak lembaga pendidikan di luar negeri, dan dia berhasil memperkenalkan Islam Nusantara dan Islam Pancasila.
Ide-ide dan pemikirannya telah diapresiasi oleh banyak sarjana dalam dan luar negeri; memiliki self-confidence yang tinggi. Tugas kita bersama untuk menjaga warisan, terutama tradisi intelektual dari Almarhum.
Kita berharap dan percaya Prof. Azyumardi Azra diwisuda oleh Allah SWT dengan predikat summa cum laude.” Kata Komaaruddin Hidayat.
Sebagai mahasiswa program Phd di Hartford International University (HIU), Hartford, Connecticut, saya sempat beberapa kali berkomunikasi via WhatsApp dengan Almarhum Prof. Azra, terutama tentang pilihan judul penelitian saya, “Diaspora Muslim Indonesia di Amerika” di bulan Juni 2022.
Saya juga sempat melamar ke Prof. AA untuk menjadi salah satu Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), setelah beliau terpilih sebagai Ketua Dewan Pers periode 2022-2025.
Setelah jenazah Almarhum tiba di tanah air, informasi dari Keluarga Besar UIN Syarif Hidayatullah, rencananya akan dikebumikan di Taman Makan Nasional Kalibata karena beliau telah mendapat Bintang Mahaputra dari Presiden Republik Indonesia. Selamat jalan Prof. Azyumardi Azra.